Di salah satu daerah di indonesia, kampus sudah tidak perlu lagi buka prodi baru. Mahasiswanya sendiri sudah menciptakan: Ilmu Story dan Pamfletologi. Gelarnya? Bukan S.H., bukan S.Pd., tapi S.S. Sarjana Story.
Kalau ada demo di Jakarta, mahasiswa biasa nyiapin bekal, ini beda: mereka nyiapin kuota internet.
Kalau ada rakyat terinjak aparat, mereka nggak turun ke jalan, tapi turun ke editor Canva, pilih warna merah biar kelihatan revolusioner.
Pamflet lebih sakral daripada skripsi. Begadang? Bukan buat ngulik teori Marx, tapi mikir:
“Font perjuangan itu lebih cocok Montserrat atau Poppins, bro?”
Kampus? Sepi kayak kos-kosan pas lebaran. Tapi story WA rame: “Save Demokrasi”, “Justice for Ojol”, “Turunkan Pajak 250%”.
Ada yang lebih semangat update status ketimbang update nilai KRS.
Mungkin nanti buku sejarah menulis:
"Bangsa ini berubah bukan karena aksi massa, tapi karena template 16:9 buatan mahasiswa daerah." (ND)