Jejak Sejarah dan Perkembangan Madrasah Mambaul Ulum

Madrasah Mambaul Ulum berdiri atas dasar cita-cita mulia seorang ulama desa, Kiai Lazim, pada 1 Juli 1979. Saat itu, masyarakat Desa Lenteng Barat, Kabupaten Sumenep, sangat membutuhkan pendidikan yang seimbang antara ilmu agama dan pengetahuan umum. Banyak anak-anak hanya sempat mengaji di surau, namun belum tersentuh pendidikan formal yang memadai. Dari kegelisahan itulah, Kiai Lazim bertekad mendirikan sebuah lembaga pendidikan sederhana agar generasi muda memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menuntut ilmu.

Awalnya, madrasah ini bernama Darul Ulum. Namun, selang dua tahun kemudian, atas saran Kiai Syukri, seorang alumni Banyu Anyar, nama madrasah diganti menjadi Mambaul Ulum, yang berarti sumber ilmu pengetahuan. Nama ini dipilih bukan hanya sebagai identitas, melainkan juga doa agar madrasah ini benar-benar menjadi mata air ilmu bagi generasi-generasi berikutnya.

Pada masa awal, proses belajar mengajar masih sangat sederhana. Kegiatan dilaksanakan di sebuah musholla kecil dengan jumlah murid sekitar 30 orang. Para guru pertama sekaligus pejuang pendidikan di madrasah ini adalah Kiai Lazim, Nyai Sudah, Kiai Fathan, Kiai A’la, Ustadz Zahiruddin, dan Ustadz Masyhuri. Meski sarana terbatas, semangat mereka begitu besar. Suasana belajar penuh dengan keikhlasan, sementara murid-murid datang dengan penuh harapan.

Perjalanan madrasah ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat Lenteng Barat. Beberapa tahun setelah berdiri, datang seorang dermawan yang mewakafkan sebidang tanah sebagai lokasi baru untuk madrasah. Hal ini menjadi tonggak penting, sebab dari situlah pembangunan madrasah dimulai.

Pada tahun 1982, dibangunlah ruang belajar pertama dengan dinding bambu. Meski sederhana, bangunan ini menjadi simbol nyata kebangkitan pendidikan di desa. Hanya berselang dua tahun, tepatnya pada 1984, bangunan bambu tersebut diganti dengan dinding batu yang lebih kokoh. Pembangunan ini tidak lepas dari gotong royong masyarakat Lenteng Barat serta dukungan Kepala Desa Sahra yang turut mendorong keberlangsungan madrasah.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, madrasah ini terus berbenah. Pada tahun 2006, didirikan RA (Raudhatul Athfal) Mambaul Ulum sebagai langkah penting memperluas jangkauan pendidikan sejak usia dini. Lalu, pada tahun 2022, berdirilah MTs (Madrasah Tsanawiyah) Mambaul Ulum, menjawab kebutuhan agar anak-anak yang telah menamatkan pendidikan dasar tidak perlu jauh-jauh mencari sekolah lanjutan.

Sejarah panjang Mambaul Ulum adalah cermin perjuangan, pengorbanan, dan kebersamaan. Dari sebuah musholla kecil dengan dinding bambu, kini madrasah berdiri dengan bangunan kokoh, menjadi pusat pendidikan dan pencerahan bagi masyarakat Lenteng Barat dan sekitarnya.

Apa yang dicapai hingga hari ini bukanlah hasil kerja seorang diri, melainkan buah dari niat tulus para pendiri, keikhlasan para guru, doa para ulama, serta dukungan penuh masyarakat. Semua itu berpadu menjadi energi yang terus mendorong madrasah ini berkembang.

Kini, Madrasah Mambaul Ulum bukan hanya sekadar tempat belajar, tetapi juga pusat pembinaan akhlak, ilmu, dan karakter. Harapannya, lembaga ini akan terus tumbuh dan melahirkan generasi yang berilmu, berakhlak, serta bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa, dan khususnya bagi tanah kelahiran tercinta, Desa Lenteng Barat, Kabupaten Sumenep.



Tulisan ini disusun dari hasil wawancara dengan pengasuh Madrasah Mambaul Ulum, kelas VIII kelompok Amel, Mesa dan Dewi.



Editor : Redaksi Y4smu.pro
أحدث أقدم

Popular