Ibu, Api Sunyi Sumpah Pemuda

Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa ini kembali menengok ke belakang, pada saat sekelompok pemuda dari berbagai daerah berkumpul untuk mengikrarkan satu tekad : bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, Indonesia.
Namun jarang sekali kita bertanya, siapa yang menanamkan keberanian itu di hati mereka sejak kecil? Siapa yang pertama kali mengajarkan arti kasih, sabar, dan keberanian?

Jawabannya adalah seorang ibu.

Naluri seorang ibu adalah sumber semangat yang sering tersembunyi di balik sejarah besar.
Ketika para pemuda berteriak lantang di medan perjuangan, ada seorang ibu yang berbisik lirih dalam doanya di tengah malam, agar anaknya pulang dengan selamat.
Ketika anaknya memutuskan pergi merantau, menuntut ilmu, atau memperjuangkan cita-cita, naluri seorang ibu menahan air mata sambil berkata, “Pergilah, Nak. Jadilah orang yang berguna bagi negeri.”

Hari Sumpah Pemuda bukan hanya tentang darah muda yang bergelora.
Ia juga tentang cinta yang melahirkan keberanian. Tentang tangan lembut seorang ibu yang menuntun generasi menuju cahaya pengetahuan dan nilai-nilai kebangsaan.
Seorang ibu mungkin tidak hadir di kongres pemuda, tapi dari rahimnya lahir mereka yang bersumpah untuk mempersatukan bangsa.

Naluri seorang ibu adalah kompas moral bangsa. Ia mengajarkan anaknya mencintai tanah air bukan dengan slogan, tapi dengan tindakan kecil: menghormati sesama, menepati janji, bekerja dengan jujur, menjaga alam, dan mendoakan negeri dalam diam.
Setiap belaian, setiap nasihat sederhana, adalah bagian dari pendidikan karakter yang membentuk wajah Indonesia hari ini.

Di tengah dunia yang serba cepat, naluri seorang ibu tetap menjadi jangkar.
Ia mengingatkan para pemuda agar tidak kehilangan arah di tengah arus modernitas. Agar semangat Sumpah Pemuda tidak sekadar dikenang, tapi dihidupi dalam setiap langkah.
Karena sejatinya, di balik pemuda yang berani, ada seorang ibu yang tabah.
Dan di balik setiap sumpah yang lantang, ada doa seorang ibu yang tidak pernah padam.

Hari ini, mari kita rayakan Sumpah Pemuda dengan menyalakan kembali naluri keibuan dalam diri bangsa , naluri untuk melindungi, menyatukan, dan menumbuhkan harapan.
Sebab Indonesia tidak hanya lahir dari perjuangan, tapi juga dari kasih yang tak pernah lelah, kasih seorang ibu.

Ning Nafhatul Hasanah
Dewan Pengasuh Madrasah Mambaul Ulum Lenteng Barat
أحدث أقدم

Popular