Ratusan orang duduk berjajar,
dengan wajah yang diterangi cahaya lampu dan kesedihan yang lembut.
Doa dan tahlil naik perlahan ke langit, seperti kepak halus yang membawa nama Nyai Suadah
dengan penuh hormat dan kasih yang tidak berkurang sedikit pun.
Angin yang lewat membawa aroma tanah,
seakan ikut menjaga hening yang kita pelihara
untuk guru sekaligus ibu yang telah kembali pada Tuhannya.
Setiap lafaz yang dilantunkan malam ini
bukan sekadar bacaan,
tetapi serpihan cinta dari murid-murid yang pernah beliau sentuh dengan ketulusan.
Di antara ratusan suara,
ada getar yang sama, kerinduan yang belum reda.
Tujuh malam sudah berlalu,
namun bayang lembut beliau masih menyelimuti
setiap sudut madrasah, setiap langkah, setiap ingatan.
Malam ini,
kita tidak hanya mengirim doa,
tetapi juga menyulam kembali kehangatan yang pernah beliau titipkan.
Kita berkumpul bukan untuk meratapi kepergian,
tetapi untuk merayakan hidup seorang ibu yang mengajar dengan hati,
dan mencintai tanpa syarat.
Semoga Allah melapangkan jalan beliau,
meninggikan derajatnya,
dan mengirimkan ketenangan yang lembut sebagaimana lembutnya beliau kepada kita.
Nyai Suadah,
malam ini ratusan suara memanggil namamu dalam doa,
dan tidak satu pun yang akan melupakanmu.
Kamis, 4 Desember 2025
Alumni Mambaul Ulum angkatan 2001